Rabu, 28 Desember 2011

CTL


Pembelajaran CTL (Contextual Teaching Learning) adalah konsep
pembelajaran yang membantu guru dalam mengaitkan  antara materi pelajaran yang diajarkan dengan situasi dunia nyata yang dialami siswa serta mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

*      Prinsip Dasar Pembelajaran CTL
a.      Kesiapan dan motivasi
Prinsip ini menyatakan bahwa jika dalam menyampaikan pesan pembelajaran siswa siap dan mempunyai motivasi tinggi, hasilnya akan lebih baik. Siap disini berarti siap pengetahuan prasyarat, siap mental, dan siap fisik. Untuk mengetahui kesiapan siswa perlu diadakan tes prasyarat. Sedangkan motivasi merupaan dorongan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu, termasuk melakukan kegiatan belajar. Dorongan bisa berasal dari dalam maupun dari luar diri siswa. Motivasi dapat ditingkatkan dengan memberikan ganjaran dan hukuman (reward and punishment).
b.      Penggunaan alat pemusat perhatian
Terpusatnya mental terhadap suatu objek memegang peranan penting bagi keberhasilan proses belajar mengajar. Semakin memperhatikan akan semakin berhasil, tetapi sebaliknya, semakin tidak memperhatikan akan gagal. Meskipun penting, perhatian mempunyai sifat sukar dikendalikan dalam waktu lama. Karena itu perlu digunakan berbagai alat dan teknik untuk mengendalikan atau mengarahkan perhatian. Alat pengendali perhatian yang paling utama adalah media seperti gambar, ilustrasi, bagan warna-warni, audio, video, penegas visual atau penegas verbal. Teknik yang dapat digunakan untuk mengendalikan perhatian misalnya gerakan, perubahan, sesuatu yang aneh, mengagetkan, menegangkan, lucu atau humor.
c.       Memancing penampilan siswa
Memancing  penampilan untuk membantu siswa dalam menguasai materi atau mencapai tujuan pembelajaran. Bentuk kegiatan siswa berupa latihan atau praktikum. Siswa diharapkan dapat berlatih menerapkan konsep dan prinsip yang dipelajari dalam konteks dan situasi yang berbeda, bukan sekedar menghafal. Misalnya setelah mempelajari konsep adab, siswa mereka diberi tugas berlatih tentang tata cara sopan santun kepada orang tua.
d.      Perulangan
Perulangan dilakukan dengan cara dan media yang sama maupun berbeda. Perulangan dapat pula dilakukan dengan memberikan  tinjauan selintas awal pada saat memulai pelajaran dan ringkasan atau kesimpulan pada akhir pembelaja
e.       Umpan balik
Jika dalam penyampaian pesan siswa dibeli umpan balik, hasil belajar akan meningkat. Jika salah diberikan pembetulan (corrective feedback) dan jika betul diberi diberi konfirmasi dan penguatan (confirmative feedback). Siswa akan menjadi mentap jika betul kemudian dibetulkan. Sebaliknya, siswa akan tahu letak kesalahannya jika diberi tahu kesalahannya dan dibetulkan. Secara teknis, umpan balik diberikan dalam bentuk kunci jawaban yang benar.

*      Karakteristik/ Prinsip Pembelajaran Kontekstual (CTL) Menurut Sanjaya (2009:261-262)  antara lain :
Ø  CTL menempatkan siswa sebagai subyek belajar, artinya siswa berperan aktif dalam setiap proses pembelajaran dengan cara menemukan dan menggali sendiri materi pelajaran. 
Ø  Dalam pembelajaran CTL, siswa belajar melalui kegiatan kelompok, berdiskusi, saling menerima dan memberi. 
Ø  Dalam CTL, pembelajaran dikaitkan dengan dengan kehidupan nyata secara riil; sedangkan dalam pembelajaran konvensional, pembelajaran bersifat teoritis dan abstrak.
Ø  Dalam CTL, pengetahuan yang dimiliki siswa selalu berkembang sesuai dengan pengalaman yang dialaminya.
Ø  Dalam CTL, pembelajaran bisa terjadi dimana saja dalam konteks dan setting yang berbeda sesuai dengan kebutuhan. Oleh karena tujuan yang ingin dicapai adalah seluruh aspek perkembangan siswa, maka dalam CTL keberhasilan pembelajaran diukur dengan berbagai cara. CTL menekankan pada berpikir lebih tinggi, transfer pengetahuan lintas disiplin, serta pengumpulan, penganalisaan dan pensintesisan informasi dan data dari berbagai sumber dan pandangan. Berikut ini adalah enam unsur kunci Pembelajaran Kontekstual (Trianto, 2007:102).
1.       Pembelajaran bermakna: pemahaman, relevansi dan penghargaan pribadi siswa bahwa ia berkepentingan terhadap konten yang harus dipelajari. Pembelajaran dipersepsi sebagai relevan dengan hidup mereka.
2.      Penerapan pengetahuan: kemampuan untuk melihat bagaimana apa yang dipelajari diterapkan dalam tatanan-tatanan lain dan fungsi-fungsi pada masa sekarang dan akan datang.
3.      Berpikir tingkat lebih tinggi: siswa dilatih untuk menggunakan berfikir kritis dan kreatif dalam mengumpulkan data, memahami suatu isu, atau memecahkan suatu masalah.
4.      Kurikulum yang dikembangkan berdasarkan standar: konten pengajaran berhubungan dengan suatu rentang dan beragam standar lokal, negara bagian, nasional, asosiasi, dan atau industri.
5.      Responsif terhadap budaya: pendidik harus menghormati dan memahami nilai-nilai, keyakinan-keyakinan, dan kebiasaan- kebiasaan siswa. Budaya-budaya ini, dan hubungan antar budaya ini mempengaruhi bagaimana cara pendidik mengajar.
6.      Penilaian autentik: penggunaan berbagai macam stretegi penilaian yang secara valid mencerminkan hasil belajar sesungguhnya yang diharapkan dari siswa.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar