Pembelajaran CTL (Contextual Teaching Learning) adalah
konsep
pembelajaran yang membantu guru dalam mengaitkan antara materi
pelajaran yang diajarkan dengan situasi dunia nyata yang dialami siswa serta
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Prinsip Dasar Pembelajaran
CTL
a.
Kesiapan dan
motivasi
Prinsip ini menyatakan bahwa jika dalam menyampaikan pesan pembelajaran
siswa siap dan mempunyai motivasi tinggi, hasilnya akan lebih baik. Siap disini berarti siap pengetahuan
prasyarat, siap mental, dan siap fisik. Untuk mengetahui kesiapan siswa perlu
diadakan tes prasyarat. Sedangkan motivasi
merupaan dorongan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu, termasuk
melakukan kegiatan belajar. Dorongan bisa berasal dari dalam maupun dari luar
diri siswa. Motivasi dapat ditingkatkan dengan memberikan ganjaran dan hukuman
(reward and punishment).
b.
Penggunaan alat
pemusat perhatian
Terpusatnya mental
terhadap suatu objek memegang peranan penting bagi keberhasilan proses belajar
mengajar. Semakin memperhatikan akan semakin berhasil, tetapi sebaliknya,
semakin tidak memperhatikan akan gagal. Meskipun penting, perhatian mempunyai
sifat sukar dikendalikan dalam waktu lama. Karena itu perlu digunakan berbagai
alat dan teknik untuk mengendalikan atau mengarahkan perhatian. Alat pengendali
perhatian yang paling utama adalah media seperti gambar, ilustrasi, bagan
warna-warni, audio, video, penegas visual atau penegas verbal. Teknik yang
dapat digunakan untuk mengendalikan perhatian misalnya gerakan, perubahan,
sesuatu yang aneh, mengagetkan, menegangkan, lucu atau humor.
c.
Memancing penampilan
siswa
Memancing penampilan untuk membantu siswa dalam
menguasai materi atau mencapai tujuan pembelajaran. Bentuk kegiatan siswa
berupa latihan atau praktikum. Siswa diharapkan dapat berlatih menerapkan
konsep dan prinsip yang dipelajari dalam konteks dan situasi yang berbeda,
bukan sekedar menghafal. Misalnya setelah mempelajari konsep adab, siswa mereka
diberi tugas berlatih tentang tata cara sopan santun kepada orang tua.
d.
Perulangan
Perulangan dilakukan
dengan cara dan media yang sama maupun berbeda. Perulangan dapat pula dilakukan
dengan memberikan tinjauan selintas awal pada saat memulai pelajaran
dan ringkasan atau kesimpulan pada akhir pembelaja
e. Umpan balik
Jika dalam penyampaian
pesan siswa dibeli umpan balik, hasil belajar akan meningkat. Jika salah
diberikan pembetulan (corrective feedback) dan jika betul diberi diberi
konfirmasi dan penguatan (confirmative feedback). Siswa akan menjadi
mentap jika betul kemudian dibetulkan. Sebaliknya, siswa akan tahu letak
kesalahannya jika diberi tahu kesalahannya dan dibetulkan. Secara teknis, umpan
balik diberikan dalam bentuk kunci jawaban yang benar.
Karakteristik/
Prinsip Pembelajaran Kontekstual (CTL) Menurut Sanjaya (2009:261-262) antara lain :
Ø CTL menempatkan siswa sebagai subyek belajar,
artinya siswa berperan aktif dalam setiap proses pembelajaran dengan cara
menemukan dan menggali sendiri materi pelajaran.
Ø Dalam pembelajaran CTL, siswa belajar melalui
kegiatan kelompok, berdiskusi, saling menerima dan memberi.
Ø Dalam CTL, pembelajaran dikaitkan dengan dengan
kehidupan nyata secara riil; sedangkan dalam pembelajaran konvensional,
pembelajaran bersifat teoritis dan abstrak.
Ø Dalam CTL, pengetahuan yang dimiliki siswa
selalu berkembang sesuai dengan pengalaman yang dialaminya.
Ø Dalam CTL, pembelajaran bisa terjadi dimana
saja dalam konteks dan setting yang berbeda sesuai dengan kebutuhan. Oleh
karena tujuan yang ingin dicapai adalah seluruh aspek perkembangan siswa, maka
dalam CTL keberhasilan pembelajaran diukur dengan berbagai cara. CTL menekankan
pada berpikir lebih tinggi, transfer pengetahuan lintas disiplin, serta
pengumpulan, penganalisaan dan pensintesisan informasi dan data dari berbagai
sumber dan pandangan. Berikut ini adalah enam unsur kunci Pembelajaran
Kontekstual (Trianto, 2007:102).
1. Pembelajaran
bermakna: pemahaman, relevansi dan penghargaan pribadi siswa bahwa ia
berkepentingan terhadap konten yang harus dipelajari. Pembelajaran dipersepsi
sebagai relevan dengan hidup mereka.
2. Penerapan pengetahuan: kemampuan untuk melihat
bagaimana apa yang dipelajari diterapkan dalam tatanan-tatanan lain dan
fungsi-fungsi pada masa sekarang dan akan datang.
3. Berpikir tingkat lebih tinggi: siswa dilatih
untuk menggunakan berfikir kritis dan kreatif dalam mengumpulkan data, memahami
suatu isu, atau memecahkan suatu masalah.
4. Kurikulum yang dikembangkan berdasarkan
standar: konten pengajaran berhubungan dengan suatu rentang dan beragam standar
lokal, negara bagian, nasional, asosiasi, dan atau industri.
5. Responsif terhadap budaya: pendidik harus
menghormati dan memahami nilai-nilai, keyakinan-keyakinan, dan kebiasaan-
kebiasaan siswa. Budaya-budaya ini, dan hubungan antar budaya ini mempengaruhi
bagaimana cara pendidik mengajar.
6. Penilaian autentik: penggunaan berbagai macam
stretegi penilaian yang secara valid mencerminkan hasil belajar sesungguhnya
yang diharapkan dari siswa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar